Laporan Buku Landasan Pendidikan



LAPORAN BUKU (Book Report)



Judul Buku    : Landasan Kependidikan
                             Stilmulus Ilmu Pendidikan Bercorak Indonesia
Pengarang     : Prof. Dr. Made Pidarta
Penerbit         : Rineka Cipta
Tebal Buku    : 317 halaman

A.    Pendahuluan
Buku Landasan Kependidikan (stimulus ilmu pendidikan bercorak Indonesia) karangan Prof. Dr. Made Pidarta ini terdiri atas 8 (delapan) bab yang menjelaskan tentang pendidikan yang ada di Indonesia dari masa penjajahan sampai pada saat reformasi sekarang ini. Penulis menjelaskan secara detail (rinci) mengenai latar belakang yang mendasari pondasi pendidikan yang ada di Indonesia. Usaha yang sangat berani walaupun sembunyi-sembunyi yang dilakukan oleh para pejuang yang mengenyam pendidikan dimasa penjajah dengan membentuk wadah-wadah pendidikan menjadi cikal bakal pendidikan di Indonesia. Semua itu dilakukan sebagai upaya untuk meningkakan derajat bangsa Indonesia melalui pendidikan.
Landasan-landasan yang menjadi titik tolak pengembangan pendidikan yang ada di Indonesia dijabarkan satu persatu dalam tiap bab buku ini. Landasan tersebut antara lain landasan hukum, landasan filosofis, landasan sejarah, landasan ekonomi, dan landasan social budaya. Selain itu, pada bab terakhir dijelaskan suatu paradigma baru yaitu guru dan dosen merupakan suatu pekerjaan profesi yang membutuhkan profesionalitas para pelakunya. Sehingga secara keseluruhan tampak bahwa isi dari buku ini benar-benar mencerminkan pendidikan yang sedang berkembang di Indonesia.


B.   Isi Buku
Bab I Pendidikan
Pada bab ini dijelaskan pengertian pendidikan yang dibagi menjadi 3 bagian, yaitu (1) pendidikan, (2) teori umum pendidikan dan (3) ilmu pendidikan. Menurut UU No 20 tahun 2003 pendidikan adalah sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran sehingga peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan, masyarakat, bangsa dan Negara.
Tujuan pendidikan menurut UU No 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan adalah:
·         Pendidikan dasar bertujuan untuk meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, ahlak mulia, ketrampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut
·         Pendidikan menengah umum bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, ahlak mulia, ketrampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Untuk pendidikan menengah kejuruan pada point terakhir adalah mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya.
·         Tujuan pendidikan tinggi adalah untuk mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang berahlak mulia, memliki pengethuan, terampil, mandiri dan mampu menemukan, mengembangkan, dan menerapkan ilmu, teknologi, serta seni yang bermanfaat bagi kemanusiaan.
Secara umum tujuan-tujuan pendidikan di Indonesia mencakup tiga ranah perkembangan manusia yaitu (1) afektif, (2) Kognisi dan (3) psikomotor.
Lembaga pendidikan di Indonesia secara garis besar dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:
1.      Lembaga pendidikan jalur formal, yaitu: (a) lembaga pendidikan prasekolah, (b) lembaga pendidikan dasar (SD dan SMP), (c) lembaga pendidikan menengah/SMA dan SMK, (d) lembaga pendidikan tinggi
2.      Lembaga pendidikan jalur nonformal
3.      Lembaga pendidikan jalur informal pada keluarga dan masyarakat
Pendidikan merupakan system yang terbuka, sebab tidak mungkin pendidikan dapat melaksanakan fungsinya dengan baik bila mengisolasi diri dengan lingkungannya. Itulah sebabnya pemerintah menegaskan bahwa pendidikan adalah tanggung jawab pemerintah/sekolah, orang tua dan masyarakat. Sehingga apa yang berpengaruh pada kehidupan masyarakat juga berpengaruh pada pendidikan. Factor-faktor yan mempengaruhi pendidikan adalah: (1) filsafat Negara, (2) agama, (3) sosial, (4) kebudayaan, (5) ekonomi, (6) Politik dan (7) demografi. Jadi pendidikan sebagai system berada bersama, terikat, dan tertenun di dalam suprasistemya yang terdiri dari tujuh system tersebut. Penyelenggaraan dan pelaksanaan pendidikan sebagai bagian terpenting dalam mensukseskan misi pendidikan hendaknya memakai konsep system atau dikerjakan dengan memandang hal itu sebagai system.
Bab II Landasan Hukum
Landasan hukum dapat diartikan sebagai peraturan baku sebagai tempat berpijak atau titik tolak dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu. Pasal-pasal yang bertalian dengan pendidika dalam UUD 1945 hanya 2 pasal, yaitu pasal 31 da 32 yang satu menceritakan tentang pendidikan dan yang satu menceritakan tentang kebudayaan. Kebudayaan dan pendidikan adalah dua unsure yang saling mendukung satu sama lain. Jika kebudayaan maju maka pendidikan juga maju demikian juga sebaliknya, karena kebudayaan memiliki banyak aspek yang mendukung program dan pelaksanaan pendidikan. Dengan demikian upaya memajukan kebudayaan berarti juga sebagi upaya memajukan pendidikan.
Undang-Undang yang banyak dibicaraka pada saat ini adalah UU No 20 tahun 2003, sebab undang-undang ini disebut sebagai induk peraturan perundang-undangan pendidikan. Undang-undang ini mengatur pendidikan pada umumnya, artinya segala sesuatu bertalian dengan pendidikan, mulai dari prasekolah sampai dengan perguruan tinggi. Pasal-pasal dalam undang-undang ini membahas tentang pendidikan itu sendirin tentang siswa, pendidik atau tenaga kependidikan, kurikulum pendidikanSebagai konsekuensi dari beragamnya bakat dan kemampuan para siswa serta dibutuhkannya tenaga kerja menengah yang banyak maka perlu diciptakan berbagai ragam sekolah kejuruan. Ragam sekolah ini bisa mengacu pada kebutuhan tenaga kerja menengah dan bisa juga mengacu kepada ragam bakat dan kemampuan para siswa.
Pada bab ini juga disinggung sedikit tentang UU RI No 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen. Keluarnya Undang-undang ini dipandang sebagai langkah awal bagi perbaikan status guru dan dosen di Indonesia. Guru merupakan sebagai salah satu pekerjaan yang bersifat profesi yang membutuhkan tenaga-tenaga professional untuk melaksanakannya. Sehingga setiap guru yang akan mengajar harus memenuhi kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikasi pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Salah satu usaha dalam pemenuhan guru yang memiliki kemampuan kompetensiadalah melalui kegiatan sertifikasi pendidik.
Sertifikasi diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang memiliki pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi dengan maksud untuk menjaga mutu kualifikasi guru. Bagi guru yang berkualitas yang memenuhi persyaratan maka diberi imbalan seperti yang tertuang pada pasal 15, yaitu gaji pokok, beserta tunjangan yang melekat pada gaaji, tunjangan profesi, tunjangan fungsional, tunjangan khusus bagi yang bertugas di daerah terpencil dan maslahat tambahan.
Bab III Landasan Filsafat
Manusia semenjak mereka ada di muka bumi ini dan hidup bermasyarakat sudah memiliki gambaran dan cita-cita yang mereka kejar dalam hidupnya baik secara individu maupun berkelompok. Gambaran dan cita-cita tentang kehidupan itulah yang mendasari adat-istiadat suatu suku atau bangsa, norma, dan hokum yang berlaku dalam masyarakat. Begitu juga dengan pendidikan, yang mendorongmasyarakat untuk menekankan aspek atau aspek tertentu  pada pendidikan agar dapat memenuhi gambaran dan cita-cita mereka.
Filsafat adalah hasil pemikiran dan perenungan tentang sesuatu sampai ke akar-akarnya. Filsafat membahas sesuatu dari segala aspeknya yang mendalam maka dikatakan bahwa kebenaran filsafat adalah kebenaran yang menyeluruh, yang sering dipertentangkan dengan kebenaran ilmu yang sifatnya relative. Karena kebenaran ilmu hanya ditinjau dari segi yang bisa diamati oleh manusia saja. Sementara filsafat mencoba menyelami sampai ke dasar untuk meraba segala sesuatu yang ada melalui pikiran dan renungan yang kritis.
Secara garis besar filsafat dalam buku ini ada empat cabang, yaitu: (1) metaisika, yaitu filsafat yang meninjau tentang hakekat segala sesuatu yang terdapat di ala mini, (2) epistemology, yaitu filsafat yang membahas tentang pengetahuan dan kebenaran, (3) logika, yaitu filsafat yang membahas tentang cara manusia berpikir dengan benar, (4) etika, yaitu filsafat yang menguraikan tentang perilaku manusia. Dalam buku ini digambarkan hubungan antara filsafat, filsafat pendidikan, ilmu pendidikan, perbuatan mendidik, pengalaman mendidik, dan keyakinan pendidik antara lain:
1.      Filsafat atau filsafat umum atau filsafat Negara menjadi sumber segala kegiatan manusia atau mewarnai semua aktivitas warga Negara suatu bangsa.
2.      Filsafat pendidikan dijabarkan dari filsafat, artinya filsafat pendidikan tidak boleh bertentangan dengan filsafat.
3.       Selanjutnya ilmu pendidikan yang bersiat teori ada di urutan ketiga sebab dijabarkan dari filsafat pendidikan, di sinilah teori-teori pendidikan dirumuskan.
4.      Ilmu pendidikan praktis adalah merupakan konsep-konsep pelaksanaan teori-teori pendidikan.
5.      Pada langkah berikutnya adalah perbuatan mendidik yaitu tindakan-tindakan nyata dalam menerapkan teori pendidikan praktis.
6.      Sebagai akibat dari perbuatan mendidik, akan mendapatkan pengalaman tentang mendidik.
7.      Pengalaman mendidik member umpan balik kepada teori pendidikan yaitu memanfaatkannya untuk kemungkinan merevisi teori sebelumnya.
8.      Sebagai akibat revisi, sangat mungkin ilmu pendidikan memberikan umpan balik kepada filsafat pendidikan, da kemungkinan merevisi konsep-konsepnya.
9.      Ilmu pendidikan juga mengadakan kontak hubungan dengan pengalaman-pengalaman mendidik, untuk selalu mengingatkan diri agar tidak menyimpang dari teori-teori mendidik.
10.  Perbuatan-perbuatan mendidik bisa menimbulkan keyakinan tersendiri tentang pendidikan. Suatu keyakinan yang belum tampak pada filsafat, filsafat pendidikan maupun ilmu pendidikan.
Filsafat pendidikan adalah hasil pemikiran dan perenungan secara mendalam sampai ke akar-akarnya mengenai pendidikan. Filsafat pendidikan secara umum menjawab tiga pertanyaan pokok yaitu, (1) apakah pendidikan itu?, (2) apa yang hendak ia capai?, (3) bagaimana cara terbaik merealisasi tujuan-tujuan itu?. Menurut Zanti Arbi bahwa maksud pendidikan adalah untuk (1) menginspirasikan, (2) menganalisis, (3) mempreskripsikan dan (4) menginvestigasi. Filafat pendidikan juga mengingatkan juga agar sangat hati-hati dalam menyusun suatu teori. Dari persoalan tersebut muncul beberapa aliran filsafat pendidikan yang mendominasi di dunia yaitu (1) aliran esensialis, yaitu filsafat pendidikan yang bertitik tolak dari kebenaran yang telah terbukti berabad-abad lamanya, (2) aliran perenialis, yaitu filsafat pendidikan yang bertitik tolah pada kebenaran wahyu Tuhan, (3) aliran progressive, yaitu filsafat yang bertolak dari jiwa perubahan, relativitas, kebebasan, dinamika, ilmiah, dan perbuatan nyata, (4) aliran rekonstruksi, yaitu filsafat yang bertolak dari cita-cita mengkontruksi kembali kehidupan manusia secara total agar lebih baik, (5) aliran eksistensialis, yaitu filsafat pendidikan yang bertolak dari pengalaman sebagai cara untuk memperoleh pengetahuan.
Filsafat pendidikan di Indonesia adalah filsafat Negara/umum yaitu pancasila. Pancasila patut menjadi jiwa bangsa Indonesia, menjadi semangat berkarya pada segala bidang serta mewarnai aktivitas dalam kehidupan. Namun sampai pada saat ini belum ada upaya mengoperasionalkan pancasila agar mudah diterapkan dalam kegiatan di masyarakat termasuk penerapannya dalam dunia pendidikan. Kalaupun ada bidang studi moral pancasila, sebagian besar diterapkan seprti melaksanakan bidang-bidang studi lain.
Di sisi lain, pendidikan di Indonesia belum mempunyai konsep atau teori-teori sendiri yang cocok dengan kondisi atau budaya Indonesia tentang pengertian pendidikan dan cara-cara mencapai tujuan pendidikan. Sebagian besar konsep atau teori pendidikan diimpor dari negeri sehingga belum tentu valid untuk diterapkan di Indonesia. Teori-teorinya didapat dengan cara belajar di luar negeri atau dengan cara studi banding. Dan yang paling banyak dilakukan dengan mendatangkan buku atau membeli buku dari Negara itu. Inilah sumber-sumber konsp pendidikan di Indonesia.
Bab IV Landasan Sejarah
Sejarah adalah keadaan masa lampau dengan segala macam kejadian atau kegiatan yang dapat didasari oleh konsep-konsep tertentu. Sejarah penuh dengan informasi-informasi yang mengandung kejadian, model, konsep, teori, praktek, moral, cita-cita, bentuk dan sebagainya. Informasi tersebut merupakan warisan generasi muda dan generasi sebelumnya yang tidak terniali harganya. Sejarah pendidikan merupakan bahan pembanding untuk memajukan pendidikan suatu bangsa.
Pada bab ini dijelaskan sejarah pendidikan yang meliputi (1) sejarah pendidikan dunia, (2) sejarah pendidikan indonesi, (3) sejarah pendidikan masa perjuangan bangsa, (4) sejarah pendidikan masa pebangunan, (5) sjarah pendidikan masa reformasi.
Sejarah pendidikan dunia dijelaskan bahwa permulaannya pada zaman Hellenisme yaitu tahu 150 SM – 500, ke zaman pertengahan tahun 500-1500, zaman humanism, reformasi dan kontra reformasi pada tahu 1600-an. Pendidikan pada zaman tersebut belum banyak memberikan kontribusinya pada pendidikan. Kemudian pada masa berikutnya adalah masa realisme yang mengarahkan pendidikan pada kehidupan dunia dan bersumber dari keadaan di dunia pula. Sesudah itu berkembanglah paham rasionalisme pada abad ke-18 dengan tokohnya adalah John Locke, yang bertujuan memberikan kekuasaan bagi manusia untuk berpikir sendiri dan bertindak untuk dirinya sendiri. Menurut keyakinan aliran ini akal merupakan sumber pengetahuan atau pengetahuan adalah sebagai hasil olahan akal. Teorinya yang terkenal adalah leon tabularasa atau a blank sheet of paper. Selanjutnya muncul aliran baru yaitu aliran naturalis dengan tokohnya J.J Rousseou sebagai reaksi terhadap aliran rasionalis. Aliran naturalis menginginkan pendidikan harus ada kesimbangan antara rasio dan hati. Aliran ini menekankan bahwa pendidikan sebaiknya dikembalikan kea lam, alamlah yang menjadi guru. Segala sesuatu adalah baik ketika ia baru keluar dari alam dan menjadi jelek manakala ia berada di tangan manusia. Selanjutnya pada abad ke-19 muncul aliran developmentalisme yang memandang proses pendidikan sebagai suatu proses perkembangan jiwa, sehingga aliran ini merupakan gerakan psikologis dalam pendidikan. Proses tersebut merupakan hasil dari aktivitas dan reaksinya terhadap lingkungan. Tokoh aliran ini adalah Pestalozzi, Johan Fredrick Herbart, Fredrick Wilhelm Frobel dan Stanley Hall. Zaman developmentalis diikuti oleh zaman nasionalisme yang mengarahkan pendidikan untuk menjaga, memperkuat, dan mempertinggi kedudukan Negara. Sehingga akibat aliran ini muncul liberalism, positivism, dan individualism. Sebagai reaksi terhadap aliran ini muncullah aliran social dalam pendidikan pada abad 20. Aliran ini berpendapat masyarakat lebih esensial daripada individu. Tokoh-tokoh aliran ini adalah Paul Natorp dan George Kerschenteiner dan John Dewey.
Sejarah pendidikan di Indonesia sudah ada sebelum Indonesia berdiri. Pendidika itu telah ada sejak zaman kuno, kemudian diteruskan dengan zaman pengaruh hindu dan Budha, zaman pengaruh islam, pendidikan zaman penjajahan, sampai dengan pendidikan zaman kemerdekaan. Pada masa perjuangan ada tiga tokoh yang berjuang sekaligus dalam pendidikan di Indonesia, yaitu Mohammad Syafei, Ki Hajar Dewantara, dan Kiayi H Ahmad Dahlan. Moh Syafei mendirikan Indonesisch Nedherlandse School (INS), Ki Hajar Dewantoro mendirikan Taman Siswa, dan KH Ahmad Dahlan mendirikan organisasi agama islam. Mereka membina anak-anak dan para pemuda melalui lembaganya masing-masing untuk mengembalikan harga diri dan martabatyang hilang akibat penjajahan belanda.
Pada masa perjuangan khususnya pada masa penjajahan belanda pendidikn saat itu sangat merugikan rakyat Indonesia. Orang-orang Indonesia dilarang mengikuti pendidikan sampai tinggi. Namun berkat perjuangan yang gigih dan munculnya politik etis, jumlah lembaga pendidikan diperbanyak dan jenjangnya ditingkatkan. Wahidin sebagai orang yang pernah mendapat pendidikan tinggi kemudian mendirikan Budi Utomo yang kemudian menumbuhkan kesadaran bagi rakyat Indonesia akan makna dan manfaat organisasi pergerakan kebangsaan. Sehingga banyak yang belajar dan mendirikan organisasi pemuda dan partai politik pada waktu itu. Mengenai perjuangan bangsa dalam menwujudkan dan mempertahankan bangsa muncullah nilai-nilai antara lain (1) perjuangan bersifat nasional, (2) perunya persatuan dan kesatuan bangsa, (3) demokratisasi dalam bidang pendidikan, (4) baasa Indonesia diberlakukan di seluruh Indonesia, (5) meningkatnya kebudayaan Indonesia, (6) muncunya nilai-nilai 45, (7) terjadinya individu-individu yang berjiwa dan bersemangat 45.
Pada masa pembangunan, pendidikan dikembangkan melalui kebijakan link and match, yaitu konsep keterkaitan dan kepadanan dijadikan strategi operasional dalam menigkatkan relevansi pendidikan. Link berarti pendidikan memiliki kaitan fungsional dengan kebutuhan pasar, sedangkan match berarti lulusan yang mampu memenuhi tuntutan para pemakai baik jenis, jumlah, maupun mutu yang dipersaratkan.
Pada masa reformasi pendidikan lebih banyak brsifat mengejar kebebasan. System desentralisasi diberikan sejalan dengan pemerintahan yang desentralisasi, walaupun belum dapat dilaksanakan di tingkat lembaga kecuali di perguruan tinggi. Hal ini karena berkaitan dengan kemampuan personalia pendidikan yang belum memadai. Selain itu pemerintah juga membentuk kelompok-kelompok masyarakat yang independen atau bebas untuk membantu pendidikan agar mampu mandiri. Instrument-instrumen untuk mewujudkan desentralisasi pendidikan juga di usahakan seperti MBS, life Skillls dan TQM.
Bab V Landasan Sosial Budaya
Dalam bab ini dijelaskan bahwa social budaya merupakan bagian hidup manusia yang paling dekat dengan kehidupan sehari-hari. Sosila mengacu kepada hubungan antar individu, antar masyarakat, dan individu dengan masyarakat. Karena itu, aspek social melekat pada diri individu yang perlu dikembangkan dalam perjalanan hidup peserta didik agar menjadi matang.
Pembahasan landasan social budaya dalam pendidikan diraikan secara berturut-turut adalah:
1.      Sosiologi dan Pendidikan
Dalam sosiologi, perilaku atau hubungan social manusia bertalian dengan nilai-nilai. Sosiologi berpandangan bahwa perilaku itu tidak bebas melainkan mengikuti pola yang kontinu dan pola itu yang sebaga pengatur perilaku yaitu nilai-nilai yang ada dalam masyarakat. Setiap orang secara sadar atau tidak sadar dalam berprilaku ditentukan oleh nilai-nilai yang dianutnya atau yang dianut oleh kelompoknya.
Ada sejumlah nilai yang secara garis besar ada empat sumber, yaitu:
a.       Norma-norma, yang mencakup norma-norma umum, Folkways yaitu norma yang berisi kebiasaan adat dan tradisi yang siatnya turun-temurun, dan mores yaitu hal-hal yang diwajibkan untuk dianutdan diharamkan jika dilanggar
b.      Agama, yaitu nilai-nilai yang tertera dalam ajaran agama, seperti keharusan sembahyang, berbuat baik kepada orang lainmencintai sesame, dan sebagainya.
c.       Peraturan perundang-undangan
d.      Pengetahuan, seperti kita ketahui maksud dikembangkannya pengetahuan adalah untuk meningkatkan hidup dan kehidupan manusia.
Sekolah-sekolah harus memperhatikan pengembangan nilai-nilai ini pada anak-anak di sekolah. Karena salah satu fungsi sekolah adalah untuk memperbaiki mental anak-anak. Hal ini sesuai dengan harapan yang dikemukakan ahli pendidikan yaitu bahwa sekolah adalah sebagai (1) control social yang bertujuan untuk memperbaiki kebiasaan-kebiasaan jelek pada anak-anak,dan (2) pengubah social yaitu untuk menyeleksi nilai-nilaim menghasilkan warga Negara yang baik. Namun tugas tersebut tidak hanya menjadi tanggung jawab pihak sekolah atau pemerintah, akan tetapi juga menjadi tanggung jawab orang tua dan masyarakat secara bersama-sama.
2.      Kebudayaan dan Pendidikan
Salah satu pengertian kebudayaan yang dikemukakan oleh para ahli adalah bahwa kebudayaan adalah keseluruhan hasil manusia hidupbermasyarakat yang berisi aksi-aksi terhadap dan oleh sesama manusia sebagai anggota masyarakat yang merupakan kepandaian, kepercayaan, moral, kesenian, hokum, adat-istiadat dan lain-lain. Menurut Kerber dan Smith ada enam fungsi utama kebudayaan dalam kehidupan manusia yang sangat erat kaitannya dengan dunia pendidikan, yaitu:
a.       Penerus anak dan pengasuh anak, yaitu suatu fungsi yang menjamin kelansungan hidup biologis kelompok social
b.      Pengembangan kehidupan berekonomi, yaitu pendidikan sebagai budaya akan membuat orang mampu menjadi pelaku ekonomi yang baik.
c.       Transmisi budaya, yaitu salah satu tugas pendidikan sebagai bagian dari kebudayaan adalah mapu membentuk dan mengemangkan generasi baru menjadi orang-orang yang berbudaya.
d.      Meningkatkan iman dan tagwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, yaitu pendidikan sebagai budaya haruslah dapat membuat anak-anak mengembangkan kata hati dan perasaannya taat terhaap ajaran-ajara agama yang dipeluknya.
e.       Pengendalian social, yaitu pelembagaan konsep-konsep untuk melindungi kesejahteraan individu atau kelompok.
f.       Rekreasi, yaitu kegiatan yang memberikan kesempatn kepada orang lain untuk memuaska kebutuhannya akan permainan atau untuk bermain.
3.      Masyarakat dan Sekolah
Ada anggapan bahwa secara umum orang tua tidak mampu mendidik anaknya secara sempurna dan lengkap. Karena itu, orang tua atau masyarakat pada umumnya membutuhkan pihak lain, dalam hal ini lembaga pendidikan. Lembaga pendidikan terbentuk sebagai upaya masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya. Sehingga lembaga pendidikan ada di masyarakat dan hdup bersama-sama masyarakat. Keduanya saling membutuhkan, masyarakat membutuhkan agar para siswa dan remaja dibina di sekolah dan sebaliknya sekolah membutuhkan agar masyarakat membantu kelancaran proses belajar disekolah dengan memberikan berbagai macam fasilitas yang dibutuhkan. Pada akhirnya pendidikan akan bermanfaat bagi masyarakat yaitu untuk meningkatkan peranan mereka sebagai warga baik yang berkaitan dengan kewajiban maupun dengan hak mereka.
4.      Masyarakat Indonesia dan Pendidikan
Sebagian besar masyarakat Indonesia sekarang sudah sadar akan pentingnya pendidikan untuk meningkatkan hidup dan kehidupan. Dimana-mana tampak anak-anak berebut untuk mendapatkan sekolah, walaupun masih banyak kasus orang tua yang menolak menyekolahkan anaknya dengan dalih membantu mencari nafkah. Namun kasus-kasus seperti ini umumnya terjadi di daerah pelosok yang masyarakatnya jauh dari mengenyak pendidikan.
5.      Implikasi Konsep Pendidikan
Implikasi tentang kebudayaan terhadap pendidikan pada umumnya adalah sebagai berikut; (1) keberadaan sekolah tidak dapat dipisahkan dengan masyarakat disekitarnya, keduanya saling menunjang, (2) perlu dibentuk badan kerjasama antara sekolah dengan tokoh masyarakat, orang tua, atau unsure penunjang pendidikan yang lainnya, (3) proses sosialisasi anak perlu ditingkatkan, (4) dinamika kelompok dijadikan sebagai sumber belajar, (5) kebudayaan menyangkut seluruh cara hidup dan kehidupan manusia yang diciptakan manusia ikut mempengaruhi pendidikan atau perkembangan anak, (5) akibat kebudayaan masa kini, ada kemungkinan adanya pergeseran paradigm pendidikan yaitu dari pendidikan sekolah ke masyarakat luas dengan berbagai pengalaman yang luas, (6) materi pelajaran banyak dikaitkan denga keadaan masyarakat.
Bab VI Landasan Psikologi
Psikologi atau ilmu jiwa adalah ilmu yang mempelajari jiwa manusia. Makin besar seorang anak maka berkembang pula jiwanya, dengan melalui tahapan-tahapan tertentu yang akhirnya anak itu mencapai kedewasaan baik dari segi kejiwaannya maupun jasmaninya. Dalam perkembangan inilah seyogyanya anak-anak belajar sebab pada masa tersebut mereka sangat peka untuk belajar, punya banyak waktu, belum berumah tangga, belum bekerja, dan lain-lain.
Dalam bab ini dijelaskan teori-teori yang berkaitan dengan psikologi, antara lain:
1.      Psikologi Perkembangan
Ada tiga teori atau pendekatan tentang perkembangan yaitu (1) pendekatan pentahapan, yaitu teori yang memandang bahwa perkembangan individu berjalan melalui tahapan-tahapan tertentu. Setiap tahap memiliki cirri-ciri khusus yang berbeda denga tahap yang lain, (2) pendekatan diferensial, yaitu pendekatan yang memandang individu memiliki kesamaan-kesamaan dan perbedaan-perbedaan, (3) pendekatan ipsatif, yaitu pendekatan yang berusaha melihat karakteristik setiap individu.
Banyak teori yang dikemukakan oleh para ahli yang diuraikan dalam buku ini tentang tahap-tahap perkembangan antara lain oleh Crijns, Rouseou, Stanley Hall, Havinghurst, Piaget, Lawrence Kohlberg, Erikson, dan Gagne. Pembahasan tentang psikologi perkembangan ini mencakup perkembangan umum, kognisi, moral, afeksi dan kemampuan belajar.
2.       Psikologi Belajar
Belajar adalah perubahan perilaku yang relative permanen sebagai hasil pengalaman (bukan hasil perkembangan, pengaruh obat atau kecelakaan) dan bisa melaksanakannya pada pengetahuan lain serta mampu mengkomunikasikannya kepada orang lain. Ada sejumlah prinsip belajar antara lain (1) kontiguitas, (2) pengulangan, (3) penguatan, (4) motivasi positif, (5) tersedia materi yang lengkap, (6) adanya apersepsi, (7) adanya strategi, dan (8) aspek-aspek jiwa anak harus dapat dipengaruhi oleh factor-faktor dalam pengajaran.
Selanjutnya dalam buku ini dijelaskan tentang sejumlah teori belajar, antara lain:
1.      Teori belajar klasik yang terdiri dari (a) disiplin mental theistic, (b) disiplin mental humanistic, (c) naturalis atau aktualisasi diri, (d) apersepsi.
2.      Teori belajar modern, yang meliputi (a) R-S Bond atau asosiasi, (b) pengkondisian instrumental, (c) pengkondisian operan, (d) penguatan, (e) kognisi, (f) belajar bermakna, (g) insght atau gestalt, (h) lapangan, (i) tanda (sign) dan (j) fenomenlogi. Teori belajar modern dibagi menjadi dua yaitu teori belajar behaviorisme dan teori belajar Kognisi.
3.      Psikologi Sosial
Psikologi social adalah psikologi yang mempelajarai psikologi seseorang di masyarakat yang mengombinasikan cirri-ciri psikologi dengan ilmu social untuk mempelajari pengaruh masyarakat terhadap individu dan antar individu. Dengan demikian psikologi ini akan mencoba melihat keterkaitan masyarakat dengan kondisi psikologi kehidupan individu.

4.      Kesiapan Belajar
Kesiapan belajar secara umum adalah kemampuan seseorang untuk mendapatkan keuntungan dan pengalaman yang ia temukan. Sementara itu kesiapan kognisi bertalian dengan pengetahuan, pikiran dan kualitas berpikir seseorang dalam menghadapi situasi belajar yang baru. Kemampuan-kemampuan ini bergantung pada tingkat kematangan intelektual.
Bab VII Landasan Ekonomi
1.      Peran Ekonomi dalam Pendidikan
            Kecenderungan bahwa manusia mengutamakan kesejahteraan materi dibandingkan kesejateraan rohani membuat ekonomi mendapat perhatian yang sangat besar. Sehingga orang berusaha sekuat tenaga untuk mengumpulkan uang sebanyk-banyaknya untuk memenuhi kebutuhannya.
            Perkembangan ekonomi secara makro berpengaruh pada bidang pendidikan, yaitu semakin banyaknya orang-orang kaya yang secara sukarela menjadi bapak angkat agar anak-anak tidak mampu dapat bersekolah. Selain itu terlaksananya system ganda dalam pendidikan, yaitu kerja sama antara sekolah dengan usahawan dalam menunjang proses belajar. Di lain pihak bermunculan sejumlah sekolah-sekolah unggulan yang didirikan oleh orang kaya atau konglomerat.
Secara mikro, tingkat perekonomian masyarakat pada umumnya sangat berpengaruh pada tingkat sekolahnya. Semakin baik perekonomiannya animo masyarakat dalam pemberian pendidikan bagi putra-putrinya semakin baik, dan sebaliknya, walaupun tidak semuanya demikian. 
2.      Fungsi Produksi dalam Pendidikan
Fungsi produksi adalah hubungan antara output dengan input. Suatu organisasi pendidikan dikatakan produktif kalau paling sedikit memiliki keseimbangan antara output dengan input. Pada umumnya fungsi produksi bagi pendidikan ada tiga macam, yaitu (1) fungsi produksi administrator, (2) fungsi produksi psikologi, dan (3) fungsi produksi ekonomi.
3.      Ekonomi Pendidikan
Dalam dunia pendidikan, factor ekonomi bukan sebagai pemegang peran utama, melainkan sebagai pemeran yang sangat menentukan keberhasilan pendidikan. Sebab dengan ekonomi pendidikan yang memadai:
a.       Prasarana, sarana, media, alat belajar, dan sebagainya data dipenuhi
b.      Proses belajar mengajar bisa dilaksanakan secara lebih intensif, sebab pera pendidik lebih dapat memusatkan perhatiannya, mereka idak mencari sambilan di luar
c.       Motivasi dan kegairahan kerja personalia pendidikan meningkat.
Dalam perencanaan biaya pendidikan alterative yang dikembangkan untuk menyelesaikan suatu program perlu dinilai efektifitasnya, yaitu dengan mengukur kaitan biaya dengan pencapaian tujuan.
Bab VIII Profesionalisasi Pendidik
           Pendidik dalam arti sempit diartikan sebagai orang-orang yang disiapkan dengan sengaja untuk menjadi guru dan dosen. Guru dan dosen sebagai sebagai profesi menuntut pelakunya menjadi orang yang professional. Ciri-ciri  profesi antara lain (1) pilihan terhadap jabatan itu didasarioleh motivasi, (2) telah memiliki ilmu, (3) ilmu, pengetahuan dan keterampilan khusus tersebut diperoleh melalui studi, (4) punya otonomi dalam bertindak, (5) mengabdi kepada masyarakat, (6) tidak mengadvertensi keahliannya untuk mendapat klien, (7) menjadi anggota organisasi profesi, (8) organisasi profesi mempunyai criteria untuk penerimaan anggota baru, (9) memiliki kode etik profesi, (10) punya kekuatan dan status tinggi sebagi eksper yag diakui dan (11) berhak mendapat imbalan yang layak.
Keberhasilan pendidikan sangat tergantung bagaimana guru dan dosen mengoptimalkan segala upaya dan sarana dalam pengembangan proses belajar mengajar. Keberhasilan dalam mendidik dapat dilihat dari criteria (1) memiliki sikap suka belajar, (2) tahu tentang cara belajar, (3) memiliki rasa percaya diri, (4) mencintai prestasi tinggi, (5) memiliki etos kerja, (6) produktif dan kreatif, dan (7) puas akan sukses yang dicapai.
Selanjutnya dalam bab ini juga dijelaskan tentang kode etik pendidik, pengembangan dan organisasi profesi, penyelenggaraan pendidikan serta implikasi dalam dunia pendidikan.

C. Kelemahan Buku Landasan Kependidikan karangan Prof. Dr. Made Pidarta.
Kelemahan Buku Landasan Kependidikan (stimulus ilmu pendidikan bercorak Indonesia) karangan Prof. Dr. Made Pidarta antara lain:
1.      Pada bab VIII tentang profesionalisasi pendidik cakupan uraiannya sangat luas sehingga tidak focus pada pembahasan tentang pendidik yang dituntut harus professional. Tidak muncul penjelasan tentang hal-hal apa saja yang harus dimiliki oleh seorang pendidik sebagai profesi yang dituntut saat ini.
2.      Ada penjelasan yang kontradiktif mengenai intelegensi. Pada bab V dijelaskan bahwa salah satu sifat yang dapat diturunkan adalah intelegensi, tetapi pada bab berikutnya dijelaskan bahwa ilmuan belum mempunyai bukti bahwa intelegensi dapat diwariskan.
D. Kelebihan Buku Landasan Kependidikan karangan Prof. Dr. Made Pidarta.
            Kelebihan Buku Landasan Kependidikan (stimulus ilmu pendidikan bercorak Indonesia) karangan Prof. Dr. Made Pidarta antara lain:
1.      Bahasa yang digunakan mudah dimengerti dan dipahami
2.      Materi yang diuraikan sangat detail dan jelas
3.      Pada setiap bab di simpulkan tentang implikasi dari teori yang diuraikan dalam dunia pendidikan.
E. Kesimpulan
            Dari uraian dalam buku landasan kependidikan (stimulus ilmu pendidikan bercorak Indonesia) karangan Prof. Dr. Made Pidarta, dapat disimpulkan   antara lain:
1.      Semua tenaga kependidikan, baik ada jalur formal, nonformal maupun informal, mencakup (a) manajer atau administrator pendidikan, 2) pengawas pendidikan atau supervisor, (3) guru, dosen, eksper dan nara sumber, (4) tenaga penunjang akademik
2.      Pengembangan pendidikan harsulah mengikuti dan menantisipasi suprasistemnya, yaitu (1) filsafat Negara, (2) agama, (3) social, (4) kebudayaan, (5) ekonomi, (6) politik, (7) demografi
3.      Landasan hukum dapat diartikan sebagai peraturan baku sebagai tempat berpijak atau titik tolak dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu.
4.      Landasan pendidikan yang paling kuat menentukan kokoh tidaknya suatu pendidikan di suatu Negara adalah landasan filosofis yang dimiliki oleh Negara tersebut
5.      Kemajuan pendidikan yang ada di Indonesia saat ini tidak terlepas dari upaya para pejuang pendidikan di masa penjajahan yang berusaha meletakkan dasar-dasar pendidikan.
6.      Dalam dunia pendidikan, factor ekonomi bukan sebagai pemegang peran utama, melainkan sebagai pemeran yang sangat menentukan keberhasilan pendidikan.
7.      Keberhasilan suatu pendidikan anak tidak terlepas dari pemahaman guru/pendidik terhadap psikologi perkembangan dan pertumbuhan maupun psikologi belajar siswa.
8.      Guru dan dosen sebagai sebagai profesi menuntut pelakunya menjadi orang yang professional.

Keberhasilan dalam mendidik dapat dilihat dari criteria (1) memiliki sikap suka belajar, (2) tahu tentang cara belajar, (3) memiliki rasa percaya diri, (4) mencintai prestasi tinggi, (5) memiliki etos kerja, (6) produktif dan kreatif, dan (7) puas akan sukses yang dicapai.

ingat tinggalkan Komentarnya ea.. :-) :-)

1 komentar:

Izin copy yaa...
Syukron...

Reply

Post a Comment