Secara tradisional masa remaja dianggap sebagai periode
“badai dan topan”, suatu masa dimana
ketegangan emosi meninggi sebagai akibat
dari perubahan fisik dan kelenjar. Ciri perkembangan psikologis remaja adalah
adanya emosi yang meledak-ledak, sulit dikendalikan, cepat depresi (sedih,
putus asa) dan kemudian melawan dan memberontak. Emosi tidak terkendali ini
disebabkan oleh konflik peran yang senang dialami remaja. Oleh karena itu,
perkembangan psikologis ini ditekankan pada keadaan emosi remaja.
Sebagai makhluk sosial yang membutuhkan kehadiran orang
lain, dibutuhkan adanya keselarasan diantara manusia itu sendiri. Agar hubungan
interaksi berjalan baik diharapkan manusia mampu untuk beradaptasi atau
menyesuaikan diri terhadap lingkungan fisik maupun lingkungan sosialnya,
sehingga dapat menjadi bagian dari lingkungan tanpa menimbulkan masalah pada
dirinya. Dengan kata lain berhasil atau tidaknya manusia dalam menyelaraskan
diri dengan lingkungannya sangat tergantung dari kemampuan penyesuaian dirinya.
Penyesuaian dapat didefinisikan sebagai interaksi yang
kontinyu antara diri individu sendiri, dengan orang lain dan dengan dunia luar.
Ketiga faktor ini secara konstan mempengaruhi individu dan hubungan tersebut
bersifat timbal balik (Calhoun dan Acocella,1976). Dari diri sendiri yaitu
jumlah keseluruhan dari apa yang telah ada pada diri individu, tubuh, perilaku
dan pemikiran serta perasaan. Orang lain yaitu orang-orang disekitar individu
yang mempunyai pengaruh besar dalam kehidupan individu. Dunia luar yaitu
penglihatan dan penciuman serta suara yang mengelilingi individu.
Proses penyesuaian diri pada manusia tidaklah mudah. Hal ini
karena didalam kehidupannya manusia terus dihadapkan pada pola-pola kehidupan
baru dan harapan-harapan sosial baru. Periode penyesuaian diri ini merupakan
suatu periode khusus dan sulit dari rentang hidup manusia. Manusia diharapkan
mampu memainkan peran-peran sosial baru, mengembangkan sikap-sikap sosial baru
dan nilai-nilai baru sesuai dengan tugas-tugas baru yang dihadapi (Hurlock,1980).
Disebutkan juga oleh Hurlock (1980) bahwa seperti halnya
proses penyesuaian diri yang sulit yang dihadapi manusia secara umum, para
remaja juga mengalami proses penyesuaian diri dimana proses penyesuaian diri
pada remaja ini merupakan suatu peralihan dari satu tahap perkembangan ketahap
berikutnya. Dalam periode peralihan ini terdapat keraguan akan peran yang akan
dilakukan, namun pada periode ini juga memberikan waktu kepada remaja untuk
mencoba gaya baru yang berbeda, menentukan pola perilaku, nilai dan sifat yang
paling sesuai dengan dirinya. Dengan kata lain hal ini merupakan proses
pencarian identitas diri yang dilakukan oleh para remaja.
Untuk menjadikan remaja mampu berperan serta dan
melaksanakan tugasnya, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat
tidaklah mudah, karena masa remaja merupakan masa peralihan dari masa
kanak-kanak ke masa dewasa. Pada masa ini dalam diri remaja terjadi pertumbuhan
dan perkembangan yang pesat pada fisik, psikis, maupun sosial. Salah satu tugas
perkembangan masa remaja yang tersulit adalah yang berhubungan dengan
penyesuaian sosial. Remaja harus menyesuaikan diri dengan lawan jenis dalam
berhubungan yang belum pernah ada dan harus menyesuaikan dengan orang dewasa
diluar lingkungan keluarga. Untuk mencapai tujuan dari pola sosialisasi dewasa,
remaja harus banyak penyesuaian baru.
Agar penyesuaian diri yang dilakukan terhadap lingkungan
sosial berhasil (well adjusted), maka remaja harus menyelaraskan antara
tuntutan yang berasal dari dalam dirinya dengan tuntutan-tuntutan yang
diharapkan oleh lingkungannya, sehingga remaja mendapatkan kepuasan dan
memiliki kepribadian yang sehat. Misalnya sebagian besar remaja mengetahui
bahwa para remaja tersebut memakai model pakaian yang sama denga pakaian anggota
kelompok yang populer, maka kesempatan untuk diterima oleh kelompok menjadi
lebih besar. Untuk itu remaja harus mengetahui lebih banyak informasi yang
tepat tentang diri dan lingkungannya.
Keadaan emosi pada masa remaja masih labil karena erat
dengan keadaan hormon. Suatu saat remaja dapat sedih sekali, dilain waktu dapat
marah sekali. Emosi remaja lebih kuat dan lebih menguasai diri sendiri daripada
pikiran yang realistis. Kestabilan emosi remaja dikarenakan tuntutan orang tua
dan masyarakat yang akhirnya mendorong remaja untuk menyesuaikan diri dengan
situasi dirinnya yang baru. Hal tersebut hampir sama dengan yang dikemukakan
oleh Hurlock (1990), yang mengatakan bahwa kecerdasan emosi akan mempengaruhi
cara penyesuaian pribadi dan sosial remaja. Bertambahnya ketegangan emosional
yang disebabkan remaja harus membuat penyesuaian terhadap harapan masyarakat
yang berlainan dengan dirinya.
Menurut Mappiare (dalam Hurlock, 1990) remaja mulai bersikap
kritis dan tidak mau begitu saja menerima pendapat dan perintah orang lain,
remaja menanyakan alasan mengapa sesuatu perintah dianjurkan atau dilarag,
remaja tidak mudah diyakinkan tanpa jalan pemikiran yang logis. Dengan
perkembangan psikologis pada remaja, terjadi kekuatan mental, peningkatan
kemampuan daya fikir, kemampuan mengingat dan memahami, serta terjadi
peningkatan keberanian dalam mengemukakan pendapat.
Post a Comment